KUMPULAN GAMBAR BUGIL | CERITA PANAS

Cerita Pemerkosaan : Rampok Rampok

Siang hari di sebuah rumah kosong, kembali saya mematangkan rencana yang telah kami susun dengan kedua anak buahku. Kali ini sasaran kami adalah sebuah rumah mewah yang terletak dibilangan Jakarta Selatan. Kami adalah sekawanan perampok yang menjunjung tinggi kode etik perampok, artinya tidak pernah tercampur dengan tindak criminal lainnya.

Sebagaimana para netters ketahui bahwa di zaman yang serba sulit saat ini, sangatlah sakit rasanya bila harus menahan lapar tiap hari sementara banyak orang di luar sana yang sanggup mengeluarkan uang ratusan ribu rupiah untuk sepiring nasi. Bahkan jauh lebih kenyang rasanya makan di Warteg daripada makan sepiring nasi yang berharga ratusan ribu tersebut. Setidaknya itulah bandingan kekontrasan yang terlihat di negara ini.

Saya tidak katakan tidak setuju mereka menikmati hasil jerih payah mereka. Dan tentu saya setuju kalau itu mereka dapatkan dengan kerja keras mereka. Dengan berkaca pada situasi inilah saya juga ingin merasakan paling tidak setengah dari keadaan tersebut. Tentu dengan kerja keras juga, hanya mungkin caranya berbeda. Jika mereka merampok dengan menggunakan dasi dengan wajah penuh damai, kami merampok dengan cadar dengan wajah tertutupi. Itulah salah satu factor pendorong terbesar sehingga terbentuklah kelompok ini.

Tepat jam 00.30 kami telah siap siaga di depan rumah mewah yang menjadi sasaran kami dini hari ini. Dengan cekatan saya merintis jalan masuk ke rumah yang diikuti anak kedua anak buahku. Satpam yang sedang ngantuk saat itu dengan mudah kami ikat. Tentunya kami tidak mengalami kesulitan masuk ke rumah ini karena hal ini kami adalah ahlinya.

Rumah yang serba mewah dengan perabotan yang serba mewah pula. Terdapat beberapa kamar yang harus kami periksa satu persatu. Dari tiga kamar kami berhasil melumpuhkan tiga orang yang menurut perkiraanku adalah pembantu. Terdiri dari dua wanita dan satu laki-laki yang kemungkinan supir pribadi di keluarga itu. Kami sampai diruangan yang cukup besar yang kurasa adalah ruang tamu. Terdapat photo keluarga yang terdiri dari lima orang, yakni suami istri, anak perempuan dua dan satu laki-laki yang kira-kira berumur dua puluhan.

Berpedoman pada photo tersebut, berarti kami harus membekuk lima orang lagi. Akhirnya kamar yang laki-laki dapat kami temukan dan langsung kami ikat dan satukan dengan para pembantu tadi. Dan selanjutnya kami temukan kamar para wanita bersebelahan. Kami mengikat para gadis yang mengenakan pakaian tidur tersebut. Sekilas wajah mereka tampak tidak kalah dengan para artis dan sangat seksi dengan pakaian tidur mereka. Tapi karena hal ini telah terbiasa bagi kami sehingga menganggapnya angin lalu saja. Yang penting bagaimana melaksanaakan aksi ini dengan sukses.

Karena kami kesusahan mencari kamar tidur utama, maka kami paksa mereka untuk menunjukkannya. Tampaknya si gadis yang lebih tua tegar juga dan tidak mau mengaku. Kesal bercampur gemas, saya tangkap buah dadanya.

"Auw.. Jangan..!" katanya tiba-tiba.

Sebagai lelaki normal, Berdesir darahku manakala memegang buah dada yang ternyata tidak muat digenggamanku. Mungkin karena dia memakai pakaian tidur membuat buah dadanya tidak terlihat menonjol. Seperti terhipnotis dengan buah dadanya tersebut, tangan saya tetap membetot kedua buah dadanya dan mata kami saling melotot. Tetapi akhirnya aku tersadar dan lanjut bertanya.

"Dimana kamar orang tuamu.. Jawab! Aku tak ingin menyakiti kalian!" kataku dengan lembut tapi tegas.
"Di atas.." akhirnya dia menjawab juga.

Dengan sigap kami naik ke atas dan mendapati beberapa kamar. Tapi tentunya siapapun dapat menebak mana kamar utamanya. Dengan berbagai kunci yang kami punya akhirnnya kami dapat membuka pintu kamar tersebut dengan tidak meninbulkan suara berisik.

Saya melihat dua sosok tubuh yang lagi tidur pulas di atas tempat tidaur yang sangat mewah. Setelah saya mendekat dan mengarahkan pistol di kepala si suami, saya berikan kode ke anak buahku agar menyalakan lampu utama. Kemudian kamar itu terang benderang. Saya kaget setelah dapat melihat dengan jelas wajah si suami tersebut. Siapa yang tidak mengenal dia di negeri ini. Bukankah dia salah satu pejabat di negara ini?

Kenapa tadi saya tidak memperhatikan photo keluarga tadi? Ingin rasanya mundur, tapi sudah terlanjur basah dan tentunya ini akan sangat memalukan bagi para perampok lain bila berita ini terdengar besok dengan judul "Sekawanan perampok menghentikan aksinya setelah mengenali wajah korbannya". Sangat mencoreng profesi perampok bila hal ini terjadi.

Berarti aksi ini harus dituntaskan. Kembali saya amati kedua tubuh suami istri yang terlentang dengan menggunakan baju tidur itu. Kuamati pelan istrinya dengan seksama. Wajah yang sangat cantik keibuan sama halnya seperti ibu-ibu pejabat yang terhormat. Walau kutaksir sudah berumur kepala empat, tapi siapapun lelaki pasti masih bergairah melihat tubuh seperti ini.

Terlihat tonjolan di dadanya yang lumayan besar. Pandanganku turun ke bawah.. Seerr.. Berdesir jantungku melihat salah satu kakinya tertekuk ke samping yang membuat kakinya agak mengangkang sehingga baju tidurnya tersingkap sampai ke pangkal pahanya. Terlihat ujung celana dalamnya yang tentunya menutupi vaginanya. Warnanya hitam. Berlagak serius kusuruh anak buahku keluar kamar untuk mencari barang-barang berharga dengan meyakinkan aku sanggup mengatasi yang dua ini.

Tidak dapat kuingkari lagi kalau detak jantungku sangat keras. Dilain pihak saya menghormati komitmen perampok terhormat yang saya pegang kuat. Tapi siapa laki-laki normal yang tahan melihat hal seperti ini?

Sensasi yang semakin kuat membuat aku perlahan mendekatkan wajahku ke pangkal paha itu. Perlahan kuendus ujung vagina yang terlihat itu, uhh.. Semakin dekat sampai ujung hidungku menyentuh tonjolan vagina yang masih terbungkus celana dalam itu.

Perlahan kusingkapkan lagi baju tidurnya ke atas. Pelan-pelan semakin tampak gundukkan vagina istri pejabat tersebut. Saya singkapkan terus sampai ke pinggang tanpa membangunkan orangnya, sementara Pak pejabat masih mendengkur. Ternyata celana dalam yang dipakai ibu pejabat ini hanya sanggup menutupi setengah gundukan vaginanya. Setengah bagian atas gundukan vaginanya terbuka sampai terlihat sedikit garis yang membelah vagina itu yang ditumbuhi rambut halus.

Perlahan kujulurkan lidahku ke gundukan vagina yang sangat tebal itu. Kuusap-usapkan lidahku beberapa kali dari bawah ke atas sampai celana dalam itu basah. Akibatnya tonjolan clitoris vagina nyonya pejabat itu terlihat berbayang. Sengaja kuhindarkan persentuhan lidahku dengan kulit ibu pejabat itu biar dia tidak terbangun.

Pinggul Bu pejabat itu bergerak perlahan kesamping yang membuat pahanya semakin terbuka. Sementara batang zakarku yang sudah tegang terasa sakit karena terjepit dengan celana dalamku. Kuambil gunting dari kantong peralatan. Perlahan kusisipkan ujung gunting ke balik celana dalamnya secara mendatar sehingga celana dalam itu terpotong. Tampaklah bentuk vagina ibu pejabat itu secara utuh. Vagina yang sangat tebal terbelah panjang dengan clitoris yang mencuat keluar dari bibir vagina itu dihiasi dengan bulu-bulu halus rapi diseputar bibir vaginanya.

Nafsuku yang semakin tinggi membuat aku semakin berani. Kujilati langsung belahan vagina ibu pejabat itu. Kuusapkan lidahku dari bawah dekat dengan lubang anusnya sampai ke ujung clitorisnya.

"Akh.." tiba-tiba mulut ibu pejabat itu mendesis dan pinggulnya menghentak saat lidahku menyentuh clitorisnya.

Kuhentikan jilatanku karena kukira dia terbangun. Kutunggu sesaat ternyata terdengar lagi dengkuran halusnya. Terus kujilati belahan vaginanya dengan rakus, lubangnya yang merah tua dan juga sampai ke pinggir gundukan vaginanya sampai ke pangkal pahanya.

"Akh.. Akh.. Akh.." mulai terdengar desisan istri pejabat itu dan pinggulnya mulai bergerak naik turun mengikuti irama jilatanku di vaginanya.

Sedangkan vaginanya sudah semakin membengkak sehingga terlihat semakin menggembung ke atas dan basah. Mungkin dia lagi bermimpi sedang bersetubuh dengan Pak pejabat saat ini. Tak tahan lagi dengan batang zakarku yang terjepit, kukeluarkan melalui resleting celanaku. Sambil menjilati vagina Bu pejabat sementara tanganku mengocok batang zakarku. Kulihat lubang vagina nyonya pejabat itu mulai mengeluarkan lendir berwarna bening agak putih.

Kupercepat kocokanku pada penisku sampai kurasakan mendekati puncak sementara pinggul istri pejabat itupun semakin cepat begerak, turun naik dan kadang berputar halus. Kuhentikan jilatanku pada vaginanya ternyata pinggul itu terus bergerak.

"Ouhhss.. Aakhh.. Oohh.." desisan nyonya itu terdengar semakin berat.

Perlahan aku berdiri sambil mengocok batang zakarku. Pelan-pelan kudekatkan penisku ke vagina Bu pejabat itu. Ujung penisku mulai menyentuh bibir vaginanya dan perlahan kepala penisku kuarahkan ke lubang vagina istri pejabat itu. Karena goyangan pinggulnya membuat kepala penisku beberapa kali meleset dari lubang vaginanya.

Akhirnya kepala penisku bisa juga tepat di lubang vaginanya yang telah menganga itu. Terasa vaginanya hangat. Dan mulai kutekan perlahan.

"Bless"

Amblas kepala penisku tepat di lubang vagina yang sudah seperti ingin menelan batang zakarku. Tapi kalau kumasukkan semua nanti bisa membangunkannya. Akhirnya penisku hanya ku gosok-gosok saja dari lubang vaginanya sampai ke clitorisnya.

"Aahh.. Oohh.. Akhh.." desisan yang keluar dari mulut ibu pejabat itu semakin sering.

Dan aku juga semakin cepat dan kasar menggesek-gesek kepala penisku di bibir vaginanya. Beberapa menit kemudian terlihat pinggul ibu pejabat itu semakin naik ke atas yang membuat kepala penisku terbenam di lubang vaginanya. Sesaat kepala penisku terbenam di lubang vaginanya, kurasakan kepala penisku seolah digigit lubang itu dan kurasakan kedutan-kedutan vaginanya. Dan "seerr.. Seerr.. Seerr.. Serr" begitu kurasakan cairan keluar dari vagina istri pejabat itu menyirami kepala penisku.

Dan kurasakan juga spermaku hendak mau tumpah. Karena ruang gerakku terbatas, kutekan saja batang zakarku ke lubang itu dan..

"Crroott.. Crroott.. Crott.. Crot." spermaku menyembur begitu banyaknya kusemprotkan ke lubang vagina nyonya pejabat itu.

Sebentar kemudian kubersihkan kepala penisku dengan mengusapkannya ke clitoris dan gundukan vaginanya. Lega dan terasa ringan rasanya badanku sekaligus sedikit lemas. Kumasukkan penisku ke dalam celanaku dan kututupi kembali vagina istri pejabat itu dengan menurunkan baju tidurnya sementara celana dalamnya kumasukkan ke kantongku.

"Bos, sepertinya penyimpanan uang dan barang berharga ada di kamar ini."

Tiba-tiba anak buahku masuk ke dalam kamar. Untung semuanya telah selesai sehingga wibawaku dapat terjaga.

"Oke.. Mari kita ikat kedua orang ini" kataku.

Kemudian kami mengikat suami istri itu yang sekali gus membangunkan mereka.

"Siapa kalian?!" suara Pak pejabat setengah membentak.
"Diam dan patuhi perintah kami biar tidak ada yang terluka," kataku dengan berwibawa yang membuat ciut nyali Pak pejabat itu.

Pertama kami mengikat Pak pejabat dengan kedua tangannya ke belakang dan kakinya juga dengan posisi duduk dan kaki tertekuk. Sementara istrinya sangat katakutan melihat todongan pistol kami. Sepertinya dia tidak sadar kalau tidak mengenakan celana dalam lagi. Sementara saya mengikat istrinya, kedua anak buahku memeriksa semua lemari yang ada di kamar itu. Kedua tangan si nyonya kuikat ke depan tapi tersambung dengan ikatan pada kedua kakinya sehingga dia tidak bisa duduk. Mereka kami taruh di lantai yang berlapis karpet mewah itu. Mereka tentunya takut berteriak karena todongan pistol kami.

Setelah kami menemukan barang-barang berharga dan sejumlah uang tunai, secepatnya kami bergegas meninggalkan mereka. Kusuruh anak buahku duluan mengantar barang-barang tersebut ke mobil kami. Mereka kira aku tidak memperhatikan, mereka meronta-ronta hendak melepaskan tali pengikat. Tapi tiba-tiba aku menoleh ke mereka yang membuat mereka langsung terdiam. Mungkin karena berusaha melepaskan tali, membuat baju istri pejabat itu tersingkap sehingga memperlihatkan pantatnya yang bulat.

Posisinya tertidur menyamping dengan kaki dan tangan terikat jadi satu. Sehingga aku dapat melihat lekukan pinggulnya yang sangat indah. Kulihat pantatnya yang berhadapan denganku saat itu.

"Ooohh.." tiba-tiba aku tersentak melihat pantatnya yang bulat.

Vaginanya terjepit diantara kedua belah pahanya. Terlihat wajah kedua suami istri itu cemas dengan apa yang akan kulakukan. Mereka heran bagaimana bisa sang nyonya tidak mengenakan celana dalam lagi. Perlaha kudekatkan wajahku ke belahan pantat dan vagina si nyonya yang terjepit pahanya.

Kembali jantungku berdebar kencang tak teratur. Siapa yang tahan lihat pemandangan seperti ini. Wajah si nyonya tampak semakin cemas saja melihat aku mulai mengendus vaginanya.

"Tolong jangan sentuh istriku, ambillah semua yang ada asal jangan kau ganggu istriku.." kata Pak pejabat memohon.

Bukannya aku tak berperasaan, tetapi apapun rasanya tak sanggup untuk menggantikan vagina istrinya yang telah membuat birahiku naik. Kujulurkan lidahku sampai menyentuh bibir vagina si nyonya yang sekaligus menyentuh clitorisnya yang keluar dari bibir vaginanya.

"Auwww.. Jangan.. Kumohon.. Jangan sentuh aku.." kata si nyonya memohon. Dengan posisi seperti ini, berarti dia memunggungi aku. Dia berusaha menoleh ke arah wajahku yang mulai menjilati vaginanya.
"Auhh.. Jangan.. Auhh.." katanya dengan suara memelas dan kegelian.

Aku tak perduli lagi, kali ini aku mau merasakan vaginanya secara utuh, sebagai balasan yang tadi. Kembali kujilati bibir-bibir vaginanya sambil mengelus-elus bongkahan pantatnya yang bulat besar. Terlihat belahan pantatnya membelah sampai ke vaginanya, sungguh pemandangan yang sangat indah.

Sementara batang zakarku kembali tegang. Segera kubuka semua pakaianku tanpa melepas cadar zorro ku. Sepertinya Pak pejabat sudah pasrah, mungkin sebagai lelaki dia dapat merasakan apa yang kurasakan, yaitu nafsu yang harus dituntaskan. Untuk itu sia-sia saja dia memohon bila sudah sejauh ini.

Kemudian kubuka pakaian tidur istrinya dengan mengguntingnya. Terpampanglah tubuh nyonya pejabat yang sangat mulus dan putih. Kugunting lagi BH nya dan tersembullan buah dadanya yang lumayan besar dan sudah mulai mengeras. Kedua tanganku meraba buah dadanya dari samping. Kuremas-remas dengan gemasnya.

"Akhh.. Jangan.. Akhh.." saya jadi merasa lucu tidak bisa membedakan larangan atau erangan yang keluar dari mulutnya.

Sambil meremas buah dadanya, kuciumi tengkuknya sampai ke punggungnya yang membuat bulu romanya merinding.

"Akhh.. Tolong.. Jangan teruskan.. Akhh.." katanya lagi berusaha menghentikanku.

Sementara badannya menggeliat-geliat merespon ciumanku. Ciumanku terus turun menyusuri pinggangnya yang ramping sampai ke buah pantatnya. Kujilati buah pantatnya dua-duanya. Kugigit daging pantatnya yang kenyal.

"Auwww.. Sakit.." erangnya kesakitan.

Kususupkan kepalaku ke pusarnya yang terjepit diantara ikatan tangan dan kakinya. Kujangkau sedapat mungkin bagian depan vaginanya sampai bagian itu basah dengan ludahku. Puas dengan itu, kembali kedua tanganku meremas dua buah pantatnya sementara mulutku melumat bibir vaginanya yang terjepit tanpa tersisa. Lubang vaginanya mulai mengeluarkan lendir bening, pertanda dia juga mulai terangsang.

Kujilati kedua batang pahanya yang mulus dan kembali lagi ke lubang vaginanya. Kucoba memasukkan lidahku ke lobang vaginanya.

"Auw.. Jangan.. Akhh.. Jangan.." dia mulai menangis tapi seperti kenikmatan juga.

Mungkin karena di depan suaminya membuat dia tersiksa antara menikmati tapi takut dengan suaminya. Sebenarnya aku masih ingin berlama-lama dengan tubuh nyonya pejabat ini tapi karena keburu pagi dan anak buahku terlalu lama nunggu dan bisa curiga, akhirnya aku berusaha menuntaskannya.

Tubuhku kurebahkan dan mensejajarkan dengan posisi tubuhnya dimana bagian tubuhnya yang sebelah kiri berada dibawah. Dia memunggungiku sementara badanku menghadap punggungnya. Perlahan kupaskan posisi selangkanganku dengan pantatnya yang membuat batang zakarku menyentuh belahan pantat dan bibir vaginanya. Tanganku yang kiri kususupkan dari bawah tubuhnya sampai dapat menggenggam buah dadanya sebelah kiri. Kupegang dengan erat yang membuat dia mengerang.

"Akhh.. Aaku mau diapakan.." tanyanya.

Tangan kananku mulai menggenggam batang zakarku dan mengarahkannya ke lubang vaginanya yang terjepit pahanya.

"Auw.. Jangan.. Tolong.. Jangan dimasukkan.." katanya sambil menjauhkan vaginanya dari penisku yang mulai menyentuh bibir vaginanya.

Biar tidak bergerak, kuangkat kaki kananku dan meletakkan diatas pinggulnya serta mengunci pergerakannya. Setelah tenang kembali kuarahkan batang zakarku ke lubang vaginanya.

Perlahan kuselipkan kepala penisku ke lubang vaginanya, dan..

"Auw.. Jangan.. Kumohon jangan masukkan.." katanya mengerang.

Tapi aku tak perduli lagi, kutekan pantatku sampai kepala penisku terbenam di jepitang lubang vaginanya.

"Pah.. Gimana donghh.. Ini.." katanya sambil menoleh ke suaminya yang wajahnya memerah.

Tapi Pak pejabat tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kurasakan kepala penisku sudah mantap terjepit di lubang vaginanya, kemudian tangan kananku meraih buah dadanya yang satu lagi.

"Tolong.. Jangan.. Tekaann.. Auw.." tiba-tiba dia menjerit ketika kutekan penisku hingga batang zakarku amblas semuanya yang membuat tubuhku sampai melengkung.

"Bleessek" suara batang zakarku menyusuri liang vaginanya.

Sesaat kudiamkan penisku didalam liang vaginanya. Kuciumi tengkuknya dan berusaha menciumi bibirnya tapi tidak sampai. Perlahan kuayun pantatku mengocok vaginanya. Karena terjepit pahanya membuat lubang vaginanya agak keset dan nikmat sekali rasanya.

"Akhh.. Hentikan.." katanya masih menangis berusaha menolak nikmat yang semakin dia rasakan.
Kupercepat ayunan pantatku membuat badannya terdorong-dorong ke depan.
"Auw.. Auwww.. Akhh.." erangannya keluar setiap penisku kudorong kedepan.
"Akhh.. Pahh.. Tolongin.. Pahh.. Akhh.." tiba-tiba kurasakan tubuhnya mengejang, pahanya semakin keras menjepit kontolku.

Badannya semakin menggulung ke depan menyebabkan badanku semakin ikut melangkung karena tertarik kontolku yang dijepit kuat vaginanya.

"Akkhh.. Pahh.." erangnya disaat kurasakan kepala zakarku disirami oleh cairan orgasmenya didalam liang vaginanya.

Kemudian dia lemas dan pasrah ketika semakin cepat kugoyang tubuhnya. Pak pejabat sekilas kulihat malah menonton keluar masuknya batang zakarku di vagina istrinya. Nampak wajahnya merah padam, mungkin ikut terbawa suasana juga. Beberapa menit kemudian aku ingin menuntaskan permainan ini. Kupercepat kocokan penisku di vaginanya, sampai menimbulkan bunyi, blessep.. bleessep.. blep, perpaduan antara batang zakarku dengan lubang vagina ibu pejabat itu.

Sesaat kemudian kudekap erat tubuhnya. Kedua tanganku dengan kuat membetot buah dada nyonya besar itu.

"Auwww.." jeritnya kaget merasakan ketatnya genggaman tanganku di buah dadanya.

Kemudian kaki kananku kembali kuletakkan di atas pahanya dan menjepitnya dengan kuat. Dengan pegangan yang kuat terhadap buah dadanya dan disertai jepitan kakiku di sekitar pahanya, kutekan penisku perlahan ke dalam liang vaginanya sampai mentok terganjal buah pantatnya. Walaupun sudah mentok, kudorong terus sekuat tenaga sampai tubuhnya terdekap dengan sangat kuat oleh tangan dan kakiku.

"Akhh.. Ohh.. Ampuunn.." erangnya masih dengan malu-malu mengeluarkan ekspresi kenikmatannya. Kelihatannya dia juga hendak orgasme yang kedua kalinya. Kurasakan dia juga mendorong pantatnya dengan kuat agar batang zakarku lebih dalam masuk ke laing vaginanya.

"Akhh.." erangan suaraku sangat berat melepaskan spermaku ke liang vaginanya.
"Cabuutt.. Jang.. an.. Keelluuaarrkhaann.. Di.. Dal.. lam.." katanya disaat spermaku muncrat didalam rahimnya tetapi sudah tidak kuperdulikan lagi. Spermaku terasa muncrat menembaki dinding rahimnya yang membuat banjir liang vaginanya.

"Aukhh.. Akhh.. Oohh.." tiba-tiba tubuhnya juga mengejang sampai melengkung ke depan. Kurasakan lagi semprotan cairan orgasmenya menyirami kepala penisku.
"Ahh.." erangnya lagi di sisa-sisa orgasmenya sementara masih terasa kedutan vaginanya mengurut-urut batang zakarku.

Tubuh kami berdua melemas. Untuk sesaat masih kudekap tubuhnya dan membiarkan batang zakarku tetap terbenam didalam liang vaginanya. Kami berdua terdiam dan dia juga tidak memperdulikan suaminya lagi. Mungkin ini kenikmatan yang paling indah dia rasakan dengan tubuh yang terikat.

Beberapa saat kemudian kucabut penisku dari dalam vaginanya."Plop!" terdengar suara dari lubang vaginanya manakala penisku tercabut.

"Akhh.." erangnya lagi merasakan gesekan penisku meninggalkan liang vaginanya.

Segera kukenakan pakaianku. Sesaat kutatap mereka berdua.

"Maaf.. Pak, Bu, saya tidak bisa menahan diri," kataku sambil berlalu meninggalkan kamar itu.

Di tangga kudapati anak buahku mau menyusul aku. Mereka takut apa yang terjadi padaku di atas. Setelah kubilang semuanya aman dan terkendali, kami bergegas meninggalkan rumah itu dengan hasil yang paling besar artinya sepanjang karirku merampok.

Sesaat kami hendak meninggalkan rumah itu, terdengar dari atas suara teriakan seorang perempuan.

"Rampookk..!"

Sumber : http://www.sumbercerita.com

Cerita Pemerkosaan : Kekasihku Diperkosa Polisi

Saya pertama kenal Vira ketika melihatnya menjadi model cover di sebuah majalah di Jakarta, kemudian ia juga menjadi bintang sinetron Abad 21. Vira berumur 17 tahun, cantik, kulitnya putih mulus, ramah dan yang paling menarik perhatian orang-orang adalah buah dadanya yang bundar dan padat berisi. Semua orang yang menatap Vira pandangannya akan langsung tertarik ke arah buah dadanya yang membusung. Tidak terlalu besar memang, tapi sangat proporsional dengan tubuh dan wajah Vira. Saya berkenalan dengannya, pertama melalui surat kemudian bertemu, sesekali menelepon dirinya. Lama-kelamaan kita semakin sering bertemu dan percakapan yang ada semakin menjurus ke hal-hal yang pribadi. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengajaknya keluar makan malam.

Suatu hari saya memberanikan diri untuk mengajaknya dan ternyata Vira senang sekali mendengar ajakan saya, dan langsung setuju. Saya gelisah sekali menunggu pada saat menjemput Vira di rumahnya.

Setelah pulang kerja dan berganti pakaian saya menjemput Vira, untuk kemudian makan malam di sebuah restoran. Di sana kami bercakap-cakap panjang lebar, setelah itu dilanjutkan sebuah diskotik untuk sedikit menggoyangkan tubuh dan minum. Di tengah-tengah percakapan di diskotik, Vira mengajak saya untuk kembali ke rumahnya dan melanjutkan sisa malam itu di rumahnya. Bagaimana saya bisa menolak tawaran itu?

Sepanjang perjalanan pulang Vira berkata bahwa ia belum pernah mengalami hari yang menyenangkan seperti yang baru ia alami malam itu, dan ia juga berkata, di rumah nanti giliran dirinya yang akan membuat diri saya tidak akan melupakan malam ini.

Saya begitu bergairah dan berhasrat untuk lekas-lekas sampai ke rumah Vira, ketika tanpa sadar saya mengendarai mobil melebihi batas maksimal kecepatan di jalan. Tiba-tiba saya tersadar ketika di sebelah kanan sudah ada mobil Polantas yang berusaha menghentikan mobil saya. Saya meminggirkan mobil di tempat parkir sebuah toko dan menunggu Polantas tadi mendekati mobil kami. Ia bertanya hendak ke mana kami sampai-sampai kami membawa mobil itu melebihi batas kecepatan. Rupanya alasan saya tidak masuk akal sehingga Polantas tadi meminta STNK dan SIM saya.

Setelah melihat surat-surat itu Polantas itu menjengukkan kepalanya ke dalam mobil kami dan lama sekali mengamati Vira yang duduk terdiam. "Anda harus meninggalkan mobil Anda di sini dan ikut saya ke kantor", perintah Polantas tadi. Akhirnya sepuluh menit kemudian kami sampai ke sebuah kantor polisi yang terpencil di pinggir kota.

Waktu itu sudah lewat pukul 11 malam, dan dalam kantor polisi itu tidak terdapat siapa pun kecuali seorang Sersan yang bertugas jaga dan Polantas yang membawa kami. Ketika kami masuk, Sersan itu memandangi tubuh Vira dari bawah hingga ke atas, kelihatan sekali ia menyukai Vira. Kami dimasukkan ke dalam sel terpisah, saling berseberangan.

Sepuluh menit kemudian, Polantas yang berumur sekitar 40-an dan berbadan gemuk dan Sersan yang tinggi besar berbadan hitam, dan umurnya kira-kira 45 tahun kembali ke ruang tahanan. Polantas tadi berkata, "Kalian seharusnya jangan mengemudi sampai melebihi batas kecepatan yang ada. Tapi kita semua bener-benar kagum, soalnya dari semua yang kami tangkap baru kali ini kita dapat orang yang cantik seperti kamu." Sersan tadi menimpali, "Betul sekali, dia bener-bener kualitas nomer satu!" Saya sangat takut mendengar nada bicara mereka, begitu juga Vira yang terus-menerus ditatap oleh mereka berdua.

Mereka lalu membuka sel Vira dan masuk ke dalam. "Sekarang denger gadis manis, kalau kamu berkelakuan baik, kita akan lepasin kamu dan pacar kamu itu. Mengerti!" Sersan tadi langsung memegangi kedua tangan Vira sementara Polantas menarik kaos yang dikenakan Vira ke atas. Dalam sekejap seluruh pakaian Vira berhasil dilucuti tanpa perlawanan berarti dari Vira yang terus dipegangi oleh Sersan. "Wow, lihat dadanya." Vira terus meronta-ronta tanpa hasil, sementara Sersan yang tampaknya sudah bosan dengan perlawanan Vira, melemparkan tubuh Vira hingga jatuh telentang ke atas ranjang besi yang ada di sel Vira. Dan dengan cepat diambilnya borgol dan diborgolnya tangan Vira ke rangka di atas kepala Vira.

Kemudian mereka dengan leluasa menggerayangi tubuh Vira. Mereka meremas-remas dan menarik buah dada Vira, kemudian memilin-milin puting susunya sehingga sekarang buah dada Vira mengeras dan puting susunya mengacung ke atas. Kadang mereka mengigit puting susu Vira, sedangkan Vira hanya bisa meronta dan menjerit tak berdaya.

Saya berdiri di dalam sel di seberang Vira tak berdaya untuk menolong Vira yang sedang dikerubuti oleh dua orang itu. Kedua polisi itu lalu melepaskan pakaian mereka dan terlihat jelas kedua batang kemaluan mereka sudah keras dan tegang dan siap untuk memperkosa Vira. Polantas mempunyai batang kemaluan paling tidak sekitar 25 senti, dan Sersan mempunyai batang kemaluan yang lebih besar dan panjang. Vira menjerit-jerit minta agar mereka berhenti, tapi kedua polisi itu tetap mendekatinya.

"Lebih baik kamu tutup mulut kamu atau kita berdua bisa bikin ini lebih menyakitkan daripada yang kamu kira." kata Polantas.
"Sekarang mendingan kamu siap-siap buat muasin kita dengan badan kamu yang bagus itu!"
"Dia pasti sempit sekali", kata Sersan sambil memasukan jari-jarinya ke lubang kemaluan Vira.
Ia menggerakkan jarinya keluar masuk, membuat Vira menggelinjang kesakitan dan berusaha melepaskan diri.
"Betul kan, masih sempit sekali."

Kemudian Polantas tadi naik ke atas ranjang di antara kedua kaki Vira. Kemudian mereka membuka kaki Vira lebar-lebar dan Polantas memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Vira. Vira mengeluarkan jeritan yang keras sekali, ketika perlahan batang kemaluan Polantas membuka bibir kemaluan, dan masuk senti demi senti tanpa berhenti. Kadang ia menarik sedikit batang kemaluannya untuk kemudian didorongnya lebih dalam lagi ke lubang kemaluan Vira.

Sementara itu, Sersan naik dan mendekati wajah Vira, mengelus-elus wajah Vira dengan batang kemaluannya. Mulai dari dahi, pipi kemudian turun ke bibir. Vira menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak bersentuhan dengan batang kemaluan Sersan yang hitam.
"Ayo dong manis, buka mulut kamu", kata Sersan sambil meletakkan batang kemaluannya di bibir Vira.
"Kamu belum pernah ngerasain punya polisi kan?" Vira tak bergeming.
"Buka!" bentak Sersan.
"Buka mulut kamu, brengsek!" Perlahan mulut Vira terbuka sedikit, dan Sersan langsung memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut Vira.

Mulut Vira terbuka hingga sekitar 6 senti agar semua batang kemaluan Sersan bisa masuk ke dalam mulutnya. Batang kemaluan Sersan mulai bergerak keluar masuk di mulut Vira, saya melihat tidak semua batang kemaluan Sersan dapat masuk ke mulut Vira, batang kemaluan Sersan terlalu panjang dan besar untuk bisa masuk seluruhnya dalam mulut Vira. Ketika Sersan menarik batang kemaluannya terlihat ada cairan yang keluar dari batang kemaluannya. Julurin lidah kamu!" Vira membuka mulutnya dan mengeluarkan lidahnya. Sersan kemudian memegang batang kemaluannya dan mengusapkan kepala batang kemaluannya ke lidah Vira, membuat cairan kental yang keluar tadi menempel ke lidah Vira.

"San, dia nggak mungkin bisa masukin punya Sersan ke mulutnya, biar saya coba. Gantian!" Mereka kemudian bertukar tempat, Sersan sekarang ada di antara kaki Vira dan Polantas berjongkok di dekat wajah Vira. Sersan mulai mendorong batang kemaluannya masuk ke liang senggama Vira. Terlihat sekali dengan susah payah batang kemaluan Sersan yang besar itu membuka bibir kemaluan Vira yang masih sempit. Polantas, mengacungkan batang kemaluannya ke mulut Vira. "Kamu mungkin nggak bisa masukin punya Sersan ke mulut kamu, tapi kamu musti ngerasain punya saya ini, seluruhnya." Dengan kasar ia mendorong batang kemaluannya masuk ke mulut Vira, sampai akhirnya batang kemaluan itu masuk seluruhnya hingga sekarang testis Polantas berada di wajah Vira. Ia kemudian menarik batang kemaluannya sebentar untuk kemudian didorongnya kembali masuk ke tenggorokan Vira. Setelah lima kali, keluar masuk, Polantas sudah tidak bisa lagi menahan orgasmenya.

"Saya keluuarrhh. Aaahh!" Ia tidak menarik batang kemaluannya keluar dari mulut Vira, batang kemaluannya tampak bergetar berejakulasi di tenggorokan Vira, menyemprotkan sperma masuk ke tenggorokannya. Saya mendengar Vira berusaha menjerit, ketika sperma Sersan mengalir masuk ke perutnya. Terlihat sekali Sersan yang sedang mencapai puncak kenikmatan tidak menyadari Vira meronta-ronta berusaha mencari udara.

"Iyya.. yaah! Telleen semuaa! Aaahh.. aahh.. nikhmaatt!"
Ketika selesai ia menarik keluar batang kemaluannya dan Vira langsung megap-megap menghirup udara, dan terbatuk-batuk mengeluarkan sperma yang lengket dan berwarna putih. Vira berusaha meludahkan sperma yang masih ada di mulutnya. Polantas tertawa melihat Vira terbatuk-batuk, "Kenapa? Nggak suka rasanya? Tenang aja, besok pagi, kamu pasti sudah terbiasa sama itu!"

Sementara Sersan yang masih mengerjai kemaluan Vira sekarang malah memegang pinggul Vira dan membalik tubuh Vira. Vira dengan tubuh berkeringat dan sperma yang menempel di wajahnya tersadar apa yang akan dilakukan Sersan pada dirinya, ketika dirasanya batang kemaluan Sersan mulai menempel di lubang anusnya.
"Jangan Pak, jangan! Ampun Pak, ampun, jangan.."
"Aaahkk! Jangaan!"
Vira menjerit-jerit ketika kepala batang kemaluan Sersan berhasil memaksa masuk ke liang anusnya. Wajah Vira pucat merasakan sakit yang amat sangat ketika batang kemaluan Sersan mendorong masuk ke liang anusnya yang kecil. Sersan mendengus-dengus berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam anus Vira. Perlahan, senti demi senti batang kemaluan itu tenggelam masuk ke anus Vira. Vira terus menjerit-jerit minta ampun ketika perlahan batang kemaluan Sersan masuk seluruhnya ke anusnya. Akhirnya ketika seluruh batang kemaluan Sersan masuk, Vira hanya bisa merintih dan mengerang kesakitan merasakan benda besar yang sekarang masuk ke dalam anusnya.

Sersan beristirahat sejenak, sebelum mulai bergerak keluar masuk. Kembali Vira menjerit-jerit. Sersan terus bergerak tanpa belas kasihan. Batang kemaluannya bergerak keluar masuk dengan cepat, membuat testisnya menampar-nampar pantat Vira. Sersan tidak peduli mendengar Vira berteriak kesakitan dan menjerit minta ampun ketika sodomi itu berlangsung. Saya melihat berulang kali batang kemaluan Sersan keluar masuk anus Vira tanpa henti. Akhirnya Sersan mencapai orgasme ia menarik batang kemaluannya dan sperma menyemprot keluar menyembur ke punggung Vira, kemudian menyembur ke pantat Vira dan mengalir turun ke pahanya, dan terakhir Sersan kembali memasukkan batang kemaluannya ke anus Vira lagi dan menyemprotkan sisa-sisa spermanya ke dalam anus Vira. Sersan kemudian melepaskan pegangannya dari pinggul Vira dan berdua dengan Polantas mereka keluar dari sel dan menguncinya. Saya masih dapat mendengar Sersan berkata pada Polantas, "Pantat paling hebat yang pernah ada. Dia bener-bener sempit!"

Dini hari, ketika Vira kelelahan menangis dan merintih, mereka berdua dengan langkah sempoyongan dan dengan botol bir di tangan masuk kembali ke dalam sel Vira. Mereka menendang tubuh Vira agar terbangun dan mereka mulai memperkosanya lagi. Sekarang Polantas menyodomi Vira sementara Sersan berbaring di bawah Vira dan memasukkan batang kemaluannya ke dalam kemaluan Vira. Kemudian mereka berganti posisi. Mereka juga menyiksa Vira dengan memasukkan botol bir ke dalam liang kemaluan dan anusnya sementara batang kemaluan mereka dimasukkan ke mulut Vira. Mereka terus berganti posisi dan Vira terus menerus menjerit dan menjerit hingga akhirnya ia kelelahan dan tak sadarkan diri. Melihat itu polisi-polisi tersebut hanya tertawa terbahak-bahak meninggalkan tubuh Vira yang memar-memar dan belepotan sperma dan bir.

Keesokan paginya, Sersan masuk dan membuka sel kami.
"Kalian boleh pergi."
Saya membantu Vira mengenakan pakaiannya. Tubuhnya lemah lunglai berbau bir dan sperma-sperma kering masih menempel di tubuhnya. Kami pergi dari kantor polisi itu dan akhirnya sampai ke rumah Vira. Kemudian saya membersihkan tubuh Vira dan menidurkannya. Ketika saya tinggal, saya mendengar ia merintih, "Jangan Pak, ampun Pak, sakit.. ampuunn.. sakiit..".

Sumber : http://www.sumbercerita.com

Cerita Pemerkosaan : Marissa, Karyawati Bank itu Diculik

Gadis itu.. Tinggi badannya 170cm dengan postur tubuh yang sepadan hemm.. Lekuk bodinya yang sangat gitar itu sangat merangsang. Belum lagi pakaiannya yang tertutup tapi terbuka. He he hee.. Maksudku dia mengenakan blus merah yang tertutup dari lehernya dengan berkerah shang-hai dengan kancing-kancing warna emas yang manis dan tertib berbaris dari leher hingga bagian bawah pinggangnya. Memakai rok warna hitam yang 10cm dari lutut, bersepatu mirip pantovel dengan tali yang melintang di bawah pergelangan kakinya.. Payudaranya yang berukuran 36B itu.. Rambutnya terurai panjang hingga punggung, wajahnya yang cantik nyaris serupa dengan penyiar sebuah stasiun TV Fifi Aleyda Yahya.

Marissa namanya, selalu mengusik kalbuku hingga kini. Aku mulai mengenalnya dalam sebuah pertemuan, dia adalah supervisor bagian valas disebuah bank terkemuka di ibukota. Kebetulan waktu itu tampil dalam business gathering sebagai penyanyi dari trio tiga cewek, teman sekerjanya.

Aku adalah seorang eksekutif.. Pernah gagal dalam pernikahan jadi kini sendiri kalau orang bilang sih duren, duda keren he he he. Sejak pertemuan business gathering, aku semakin tertarik padanya; dengan segala usahaku mencari tahu nomor ponselnya, kemudian aku menjadi nasabahnya.. He he he perlu modal juga nich untuk pe de ka te sehingga diam-diam aku bisa setiap hari menelponnya untuk ikut main valas. Pada suatu kesempatan yang baik, aku berhasil mengundangnya makan siang, keluar sebentar dari kantornya. Berusaha aku menyatakan ketertarikanku.. Dan dia menolaknya cukup halus namun terlalu tegas bahasanya hingga hati ini tersinggung, sakit rasanya hatiku saat cintaku nyata-nyata ditolaknya.

Dikesempatan lain saat aku menelponnya guna menanyakan kondisi valas hari itu, dilayaninya dengan dingin sehingga yang berkembang dari dalam hati ini adalah amarah yang begitu besar karena merasa harga diriku telah terinjak-injak.

*****

Marissa tak berkutik, matanya mendelik melihat wajahku.

"Haa.. Ha.. Ha.. Haa!!"

Sia-sia saja dia karena aku memakai topeng twinky winky teletubbies. Tangannya sudah terikat erat ke belakang oleh tali plastik warna kuning yang melilit dan melingkari buah dadanya yang menyembul. Menggenakan 'kostum sexynya' seperti saat aku memandangnya pertama kali itu. Blus merah itu lho.. Kakinya yang panjang dan sexy itupun sudah tak berdaya dan terikat jadi satu mulai dari kedua lututnya, kemudian kakinya yang bersepatu sexy itu. Oh.. Aku sungguh sangat terangsang melihat keadaannya yang sangat tidak berdaya itu. Aku adalah penggemar berat shibari hogtie ala Jepang yang sangat indah dan teliti dalam ikat mengikat. Hemh.. Ini juga salah satu kegagalan pernikahanku karena mantan istriku sangat tidak suka untuk aku ikat. Marissa masih meronta-ronta tak berdaya di apartemanku. Matanya akhirnya aku tutup dengan lakban sebagaimana aku menyumbat mulutnya. Bagaimana dia bisa ada di kamarku? Biar pembaca tidak penasaran.. Beginilah ceritanya.

Waktu itu menunjukkan kira-kira jam 23.00. Suasana di jalan relatif sepi di Senin malam itu. Lama telah aku pelajari bahwa di akhir bulan Marissa biasanya pulang jam 23.00 dan mengendarai taxi. Aku telah memarkirkan Mitsubishi Kudaku 10 meter sebelum kantornya.. Biasanya Marissa pasti berjalan sejauh itu untuk mencari taxi karena tidak ingin bersaing dengan pemakai taxi lainnya. Aku berdiri di sisi jalan dengan kepala bertopi dan berkacamata hitam. Secepat kilat aku menyambar mulutnya dengan saputangan yang mengandung cloroform. Marissa langsung lemas.. Langsung aku angkut ke dalam jok mobil belakang. Serta dengan langkah awal pengamanan aku sumbat mulutnya dengan lakban serta mengikat tangannya ke belakang dengan lakban yang sama.

Aku bergerak meninggalkan tempat itu, melarikan mobilku ketempat yang lebih sepi. Ku parkir sejenak.. Kulihat Marissa masih belum sadar.. Hemm langsung aku pindahkan ke dalam sebuah koper besar yang sudah kusiapkan dibagasi. Lalu meluncurlah Kudaku menuju apartemant. Tanpa curiga apa-apa pihak keamanan hanya tersenyum saat aku tiba dan mendorong koperku itu masuk ke lift.. Naik ke lantai 14 masuk ke apartemanku 1404. Kubuka koperku, Marissa yang masih belum sadar itu aku ikat ulang dengan tali plastik kuning.. Yach begitulah ceritanya.

"Mmmpphh.. Mmmpphh.. Praanngg!!"

Lamunanku buyar saat kulihat Marissa meronta-ronta hingga kakinya menendang gelas wineku hingga terjatuh dan pecah!

"Crreett.."

Lakban yang menutup matanya aku lepas. Sementara aku sudah melepaskan topeng teletubbies yang kupakai. Sadar Marissa bahwa dia diculik olehku, matanya menunjukkan kebencian dan kemarahan namun hanya mmpphh.. mmpphh.. saja yang terdengar di kamarku.

"Oh Chachaku sayang.. Kalau kamu tidak menolak cintaku, kejadiannya tidak akan seperti ini.."

Wajahku menunjukkan penyesalan padanya lalu perlahan aku cabut lakban yang membungkamnya sambil mengancam.

"Awas kalau kamu berteriak..".
"Mmmpphh.. Haah.. Haah.." Marissa mengambil nafas.
"Apa yang kamu lakukan Mas Dody.. Di mana aku sekarang.. Lepaskan aku.. Lepaskan ugh.. Ugh," kalimat yang pasti akan keluar dari mulut Marissa sambil meronta-ronta.
"Wallah.. Kamu ini lucu sekali.. Mana mungkin aku lepasin kamu ha.. Ha.. Ha.. Haa..!"
"Tenanglah Chacha, kamu aman di sini.. Salahmu menolak cintaku beginilah akibatnya..!"
"Apa yang Mas mau dari saya? Kenapa Mas menculik saya?" tanyanya
"Sudah..!! Kamu diam dulu.. Kalau enggak aku lakban lagi mulutmu!!" ancamku seraya bersiap-siap merobek lakban..
"Jangan Mas.. Jangan"

Lalu aku bopong Marissaku yang terikat itu ke kamar tidur yang satu lagi di apartemanku. Aku baringkan dia di tempat tidur itu serta menutup tirai-tirai yang ada di kamar itu serta membiarkannya terikat disitu dengan lampu menyala.

"Selamat beristirahat Chacha.. Semoga kamu betah disini.." ledekku kemudian mengunci kamar itu dari luar.

Jadilah Marissa terikat erat dan disekap di salah satu kamar di apartemanku. Di kamar itu sudah aku siapkan kamera ccTV yang sangat kecil terpasang tepat menyoroti tempat tidur sehingga aku dengan mudah memonitor keberadaannya dari kamar tidurku. Malam itu aku membiarkan Marissa 'menikmati' keberadaannya di kamar itu. Aku hanya mengamatinya dari kamarku saat melihatnya bergerak meronta-ronta di kamarnya.

Pagi itu aku sempat menengoknya di kamarnya lalu kusuapi dirinya dengan sarapan pagi nasi goreng buatanku.

"Siapa yang masak Mas.." Marissa yang sudah agak tenang, dalam keadaan terikat erat, mulai membuka pembicaraan.
"Siapa lagi?" balasku bertanya.
"Mas.. Aku mesti ke kantor nich.. Lepasin dong.."
"Kamu bohong.. Kamu khan baru mulai cuti 2 (dua) minggu.." sergahku.
"Wah kok Mas tahu??"
"Senin siang aku telpon kamu mau tanya Euro, seperti biasa kamu dengan sombongnya menolak telponku.. Tanpa sengaja kolegamu bilang kamu mau cuti besok.. Nah berliburlah kami disini haa.. Ha.. Ha.. Haa..!"

Sejenak wajah cantik yang agak tenang itu berubah khawatir.. Aku memang sudah mempelajari kehidupannya. Marissa yang mandiri ini memang hidup jauh dari Ayahnya di Surabaya. Ibunya sudah wafat 5 tahun yang lalu dan Ayahnya kawin lagi. Marissa mengontrak di salah satu rumah susun yang cukup representatif di kawasan Benhil. Jadi bagiku sungguh tepat momentum yang kudapatkan untuk menculiknya. Usai sarapan dan minum teh hangat, mulutnya aku jejali saputangan yang masih mengandung cloroform.. Lalu aku sumbat lagi dengan lakban, kembali Marissa tertidur lalu aku mengunci kamarnya dan meninggalkannya untuk pergi ke kantor.

Sebagai seorang eksekutif, jam kerjaku lebih fleksible. Jam 13.00 aku mampir ke rumah untuk melihat keadaan tawananku.

"Halo Chacha.. Kamu tidak nakal di rumah khan??" sapaku.
"Mmmpphh.. Mmpphh.." jawabnya.
"Bentar.. Bentaarr.." lalu aku buka lakbannya. "Lapar yaa?"
Marissa hanya mengangguk.. Lalu "Mau pipis.." lanjutnya.
Langsung aku membopongnya dipundakku, membawanya ke toilet.. Menyingkapkan roknya ke atas, menurunkan pantynya dalam keadaan kaki masih terikat serta menunggunya.
"Maass, sudah.."
Aku bantu dia membersihkan vaginanya lalu aku bopong kembali ke kamarnya.
"Chacha.. Baik-baik ya kamu di sini.. Jangan macem-macem, nanti jam 18.00 aku kembali," ujarku sambil membiarkannya terikat tanpa menyumbat mulutnya.

Dua hari sudah aku menyekap Marissa di rumahku. Hari-hari dijalaninya dengan ketidak berdayaan. Aku belum berniat melakukan apa-apa pada dirinya, hingga pada suatu hari. Aku pulang agak malam dan agak mabuk karena terlalu asyik dengan mitra kerjaku. Aku sangat bernafsu saat melihatnya tertidur pasrah terikat di kamarnya. Mulutnya hari ittu kembali aku lakban.. Ough naluriku bangkit saat melihatnya hari itu tetap terlihat sexy. Tanpa ia sadari.. Aku lepaskan ikatan di kakinya namun melipat dan mengikatnya ke betis masing-masing, setelah sebelumnya celana dalamnya aku lepaskan.

"Aaarrgghh.." suara Marissa terkejut saat tanpa basa-basi aku memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang masih kencang itu dan disambut darah segar keperawanannya. Serta merta aku menggenjot tubuh Marissa mulai dari perlahan hingga semakin cepat berirama.
"Ooh.. Oh.. Ooohh..!" desah Marissa.
"Aaahh.." puas diriku berejakulasi pada rahim Marissa seiring sprema yang menyembur tumpah ruah ke rahimnya lalu terkulai lemas di sisi Marissa.

Lalu aku membelai-belai rambutnya yang panjang terurai itu sambil berbisik,

"Aku pasti mengawinimu Chacha.. Aku akan menjadi ayah untuk anakmu"

Marissa hanya bisa menangis terisak-isak.

Sejak kenikmatan itu, aku selalu memuaskan nafsuku untuk terus-menerus memperkosa Marissaku yang sexy itu. Hidup yang penuh kesendirian ini menjadi begitu bergairah. Setiap hari itu juga aku tunjukkan cintaku dan perhatianku padanya, meski tidak pernah aku lepaskan ikatan di tubuhnya. Dalam masa penculikan itu, Marissa mulai ketagihan dan tidak jarang dia yang mulai meminta.

"Mas Dody.. Perkosa aku dong.." Aku lihat Marissa tidak sedang pura-pura; nyaris seminggu dia disekap di apartemanku membuatnya ketagihan dengan gaya pemerkosaanku.

Sekali ini untuk pertama kalinya aku 'memperkosa'nya dengan foreplay, he he he mana bisa begitu ya.. Tapi hari makin hari mungkin Marissa merasakan sayang dariku meski segalanya berawal dari sebuah penculikan. Namun aku bisa rasakan bahwa dia mulai mencintaiku. Tidak adalagi permintaannya untuk melepaskan ikatannya karena hari ke dua ke tiga aku sempat melepasnya untuk mandi dan hanya terbelenggu borgol pada kedua tangannya atau kadang hanya mengikat kakinya dengan rantai yang biasa dipakai untuk anjing.. Atau sesekali membiarkannya terikat rantai anjing itu di sebuah pilar yang ada di apartemanku. Jadi tidak selamanya Marissa terikat seperti manakala pertama kali aku culik. Memang aku belum terlalu yakin 100% kalau dia tidak akan melarikan diri. Tapi yang aku tahu pasti, aku senang melihatnya terikat karena gairahku akan bangkit dan pada akhirnya bisa membahagiakannya.

Memasuki minggu kedua.. Sisa 4 hari lagi Marissa akan kembali bekerja; aku mengembalikan keberadaannya sebagaimana korban penculikan.. Aku jadi sangat tidak ingin melepaskannya.. Aku berniat menculiknya dan mengikatnya selama-lamanya.

Sumber : http://www.sumbercerita.com

Cerita Pemerkosaan : Misteri Jumat Malam

Aku terbangun dari tidurku, tanganku terasa kesemutan dan kaku, kakiku seperti susah digerakkan. Kucoba menggerakkan tanganku, ternyata tanganku terikat erat kebelakang, kucoba melepaskan diri dengan menggerakkan pergelangan tangan, rasa nyeri menyelimuti seluruh pergelangan tanganku, aku berkesimpulan, tanganku diikat dengan tali pramuka putih.

Sejenak aku berusaha melihat ke sekujur tubuhku di tengah kegelapan, aku melihat tali putih itu melilit melingkar di payudaraku, yang aku tahu pasti, aku masih berbusana lengkap, blus berkerah shanghai warna hitam tanpa lengan dengan kancing kancing warna perak yang berbaris dari ujung leherku hingga kebawah, terlihat kontras karena ada tali putih melintas atau tepatnya meliliti payudaraku bagian atas dan bawah.

Rok 10 cm dari lutut masih kukenakan, lalu kurasakan sepatu masih membungkus di kakiku, sepatu pemberian kekasihku, warnanya hitam, haknya 7 cm dengan model seperti pantofel dengan tali tipis dari karet yang melintang di pergelangan kaki. Kucoba gerakkan kakiku, oh ternyata terikat erat jadi satu. Sadarku mulai pulih sedikit demi sedikit, aku sedang terduduk, kucoba ayunkan kakiku, "Ough!"
Ternyata kakiku terikat dan kemudian diikatkan kembali ke kaki kursi, praktis tak bisa kugerakkan saking kencangnya ikatanku.
"Ugh.! ugh.!"
Aku mencoba menggerakkan badanku, tidak berhasil. Tubuhku terikat melalui dada ke lenganku, kemudian diikatkan pula ke sandaran kursi, jadi aku terikat dulu lalu diikatkan ke kursi. (bayangkan iklan close-up edisi penculikan, seperti itulah aku,)

Lalu aku mencoba berteriak minta tolong, yang kudengar suaraku adalah,
"Mmh, mmh,"
Ternyata mulutku disumbat dengan lakban, dari kegelapan dan daya rekatnya aku tahu ini lakban perak yang sering aku lihat dalam film-film. Seribu pertanyaan menyerbu benakku,. Aku berusaha mengumpulkan ingatanku atas kejadian yang terjadi sebelumnya.
"Ada apa dengan diriku?" hatiku bertanya-tanya sambil berpikir keras.
Oh, baru kuingat sekarang, tadi malam aku baru saja menyelesaikan tugasku di hotel hingga jam sebelas malam. Papi (suamiku) sedang bertugas ke Singapore, baru saja berangkat paginya, dia baru akan kembali minggu depan.

Kuingat-ingat lagi apa yang terjadi, malam itu aku menjamu teman-teman (tamu lebih tepatnya) dari sebuah stasiun TV, tepatnya sebuah rumah produksi yang krunya kebetulan mengadakan 'shooting' di kotaku dan menginap di hotel tempatku bekerja. Kami bercanda riang malam itu, lalu aku bersama-sama mereka melanjutkan dengan dugem ke Hard Rock Café di Kuta. Kemudian ingatanku terbayang saat GMku yang hari itu tidak masuk karena karena tensinya agak tinggi, mengirim SMS untuk langsung pulang saja jam sebelas malam dan terus menerus memastikan bahwa aku segera pulang.

"Nggak baik cewek kaya kamu masih ada di hotel sampai lewat jam sebelas!"
Begitu pesannya di SMSnya ditengah malam, hampir jam 24, yang aku tidak hiraukan karena kupikir aku sedang seru-serunya ngobrol dengan orang-orang TV itu. Kembali kuaktifkan ingatanku, belum pulih seutuhnya, yang aku ketahui kini, sesadarku dari tidurku, aku tahu bahwa aku sedang duduk terikat lengkap hingga sedikitpun tidak bisa bergerak.

Oh, aku mulai ingat lagi saat itu aku membawa kru TV itu ke Hard Rock Cafe. Mengapa tidak ada dalam memoriku kalau aku sampai di sana? Aku ingat lagi, aku mengemudikan Suzuki Vitaraku DK 369 MV. Mampir ke pompa bensin beserta mereka 4 pria dan 2 wanita selain aku. Sampai di situ saja aku ingat, setelah itu aku tidak ingat apa-apa, tahu tahu aku sudah berada di tempat segelap ini dengan penerangan 5 watt dalam keadaan terikat, kupastikan aku berada di sebuah gudang, entah di mana, oh.
Aku diculik..!! Seingatku saat mengisi bensin, tiba-tiba ada saputangan membekap mulut dan hidungku, kelihatannya datang dari kursi belakangku. Lalu aku tak sadarkan diri.
"Eh Mbak Mila, udah bangun yaa?" suara itu muncul dari kegelapan membuyarkan lamunanku.
Sosok yang tinggi besar itu hanya berbicara tepat disebelah lampu 5 watt itu, dan aku tak kuasa memandangnya karena silau.
"Srett.." lakban di mulutku dibukanya,.
"Denis! Apa yang kamu lakukan padaku, Lepaskan aku! Biarkan aku pulang," teriakku.
"Hey, Dee .mmhh!! ..mmhh!!" kembali Denis menyumpal mulutku dengan lakban baru sehingga aku tak sempat memanggil lagi namanya.
"Istirahat dulu ya Mbak, nanti kita mulai jam 5 subuh!" katanya seraya memadamkan lampu yang 5 watt itu sehingga aku hanyut dalam kegelapan rasa bersalah ini begitu menyelimuti diri yang terikat erat ini.

Terbayang GM ku yang tengah sakit masih berusaha mengingatkan aku untuk segera pulang karena telah larut malam melalui SMSnya, dan aku begitu sombongnya mengacuhkan perintah dan perhatiannya padaku.
"Maafkan aku Pa'."
Seruku dalam hati yang penuh sesal ini. Tak terasa air mataku berlinang, Papa, biasa aku memanggil GMku sangat perhatian dan menunjukkan sayangnya padaku. Entah kenapa, malam itu aku merasa ingin memberontak dari ketergantunganku padanya, sekarang tinggal sesal yang ada. Malam semakin larut ada bunyi jam kukuk, yang berbunyi dua kali, oh, masih jam 2 dini hari rupanya, lamanya waktu berjalan, rasa lelah, dingin, dan takut kembali menyelimuti diri yang terikat ini, tanpa terasa dalam keadaan terduduk dan terikat ini aku kembali terlelap.

Suasana pagi itu masih gelap, kurasakan tubuhku agak lebih nyaman, dan aku masih merasakan merasakan busana berbahan satinku itu masih membungkus tubuhku. Oh rupanya aku dalam posisi terbaring lagi kucari tanganku, kuharap yang kualami tadi hanya mimpi, ternyata tidak.
Berusaha aku gerakkan tanganku, terikat erat jadi satu ke atas dan kelihatannya diikatkan ke ujung yang permanen, mungkin kursi yang tadi mereka dudukkan aku terikat. Masih dengan tali pramuka yang sama. Mulutku penuh dengan kain-kain, masih tersumbat, tapi rasanya tidak dengan lakban tetapi rasanya bibir ini sedikit terbuka serta ada sapu tangan yang melintas diantara bibirku yang menyumpal mulutku, yang ternyata ujung simpulnya diikatkan ke tengkukku.
"Mmhh.. mmhh..!!" Sia sia usahaku bersuara. Kakiku terasa tidak terikat lagi jadi satu, tapi, ugh! tetap tak bisa kugerakkan. Perlahan kucoba mengangkat kepalaku, menggeleng-geleng sedikit kepalaku agar rambutku yang panjang tidak mengganggu penglihatanku, oh kulihat kakiku mengangkang lebar dan terikat pada ujungnya masing-masing.
"Mmmhh..," desahku begitu aku sadari bahwa kini aku terikat dan terbaring di atas sebuah meja panjang.
"Di mana Denis,. yang tadi sempat muncul..!" belum habis rasa ingin tahu dalam suasana misterius ini kemudian,
"OK, Take One! Action!!" suara seseorang bersamaan dengan menyalanya beberapa lampu sorot yang menghujam wajah dan tubuhku.

"Mmhh, mmhh,!! seruku dengan sekuat-kuatnya ingin meronta namun tidak ada gerakan berarti yang bisa aku lakukan. Sementara kulihat seseorang memanggul kamera menjelajahi tubuhku melalui kameranya dari ujung kedua kakiku, perlahan-lahan hingga sampai di wajahku, kemudian dia menyorot lama diwajahku sebelum menyoroti tanganku yang terikat jadi satu ke atas.
"Cut,!!" teriakan itu terdengar lagi.
"Sret..," gelap pemandanganku karena mataku dilakban juga, aku pasrah, entah apa lagi yang akan dilakukan padaku. Aku rasakan tubuhku menjadi miring, sepertinya mereka mengangkat meja di bagian kepalaku, dimana tanganku yang terikat berujung.

"Take Two! Ready? Action!!" aba-aba itu terdengar lagi.
Aku juga rasakan celana dalamku disobek, mungkin dengan gunting atau pisau lalu kurasakan ada lidah yang menjelajah tubuhku, mulai dari sepatuku, menjalar ke betis kiriku, betis kananku, naik pelan-pean ke lututku, basah yang terasa membuat geli dan sedikit mulai terangsang. Aku berusaha menahannya, kubayangkan kengerian akan keberadaanku yang diculik, terikat erat tanpa tahu apa yang akan terjadi. Ketika lidah itu tiba di paha, langsung naik pelan-pelan ke selangkanganku, rasa takut dan ngeriku hilang dan tiba tiba ada rangsangan yang semakin membara, dibenakku terbayang Papa dengan kekhawatirannya dalam sakitnya. Kurasa pipiku membasah menangis, karena kutahu dia pasti sangat cemas mencari kabar berita dariku.

"Aaghh,!" kurasakan batang penis yang besar masuk kedalam vaginaku secara paksa, aku tidak membiarkan diriku orgasme karena diriku diselimuti rasa sesal yang mendalam terhadap Papa. Sejenak kurasa mereka melepaskan sapu tangan yang menyumpal mulutku. Tak pelak suaraku lepas "Aauw, aghh, saa.. kit!!" seruku sementara kelihatannya pemerkosaku semakin bersemangat, sehingga vaginaku mulai basah karena cairan dariku keluar. Digerakkannyalah batang penisnya mundur, maju, mundur, maju, dengan lembut, tubuhku mulai menegang, irama penisnya menjadi semakin cepat kurasakan wajahnya mendekat ke leherku, kepipiku dan bibirku, oohh! Dia ingin mencumbuiku, kucoba menghindar dengan menggerakkan kepalaku, menggelengkan kepalaku. Tak terhindari, dia mulai mengulum bibirku namun aku tidak sudi bereaksi terhadap ciuman itu.
Lalu kurasakan tangan-tangan yang meraba-raba dan meremas payudaraku yang masih terbungkus busana dan BH. Kemudian tangan itu bergerak kearah leherku, tamatlah aku dia ingin mencekikku sampai mati,
"Aah, jangan mas, jangan bunuh aku,!"
"Bwaa.. ha.. haa!" suara itu begitu ramai, mungkin lebih dari 5 orang yang tadinya kucurigai, yang ada disitu. Tangan itu menekan keras tombol kancing keduaku.
"Auw.., sakit!!" hardikku.
Ada tangan yang lain membekap mulutku dengan kuat, "Mmhh, mmhh!" seruku sementara kancing keduaku kembali ditekan kuat dengan jempolnya. Kemudian tangan-tangan itu membuka kancing bajuku satu per satu, yang lain membuka BHku yang kebetulan dibuka dari depan. Bersamaan itu penis yang menghujam di vaginaku di cabutnya dengan kasar.
"Argh..!!" teriakku.

Angin terasa membelai tubuhku, dengan mata tertutup hanya itu yang bisa memastikan bahwa blus ku sudah terbuka semua namun masih menempel di tubuhku karena terikatnya payudara dan lenganku.
"Ahh.. ahh.." desahku saat bibir dan lidah entah siapa oknum jahanam itu yang mengisap-isap puting, serta menjilat-jilat payudaraku sehingga terasa geli dan pertahananku akhirnya memudar karena ada rasa kenikmatan yang lebih berhasil mendominasi perasaan sesal yang masih tinggal. Di dalam kegelapan akibat mata yang tertutup lakban ini aku rasa ada orang lain lagi yang mungkin mendapat gilirannya langsung memasukkan batang penisnya ke vaginaku melakukannya dengan sangat kasar sehingga rasa sakit yag tiada tara kembali membuatku tak sadar diri.

Entah berapa lama aku tak sadarkan diri. Saat aku siuman, aku rasa hari sudah agak siang, mungkin sekitar jam 15.00. Karena kudengar lagi suara Papa yang bak teriakan di atas gunung "Mila.., Mila.."
Oohh, Papa mencariku, kucoba membuka mataku, gudang tempat aku disekap sedikit lebih terang walau masih gelap dan sumpek, kulihat lampu sinar HPku berkelip-kelip. Ingin aku menggapainya namun aku sadari tanganku terbelenggu tak berdaya, mulutku kembali disumbat dengan lakban, dan pakaianku telah lengkap dan kelihatannya utuh.

Namun keadaan kali ini lebih mengenaskan, aku masih terikat seperti pertama kali aku sadari, namun tidak di kursi atau di atas meja tetapi mereka menggantungkan diriku dalam ikatanku yang di payudaraku ini entah menggantungkan kemana, sehingga tubuhku akan terayun-ayun bila saja aku meronta-ronta. Jarak ke bawah sekiraku adalah 3 meter.
"Oh, Papaa.. Aku takut jatuh!" di sudut lain ada pemandangan mengenaskan.
"Ough..," kudengar suara erangan itu, aku kenal dengan suaranya, ada cahaya kamera yang menghujam tubuhnya, oh, itu Maya, kolegaku yang terkenal paling sexy di hotelku. Bagaimana bisa Maya terperangkap oleh mereka? Tak habis pertanyaan dari benakku. Aku lihat Maya, dengan blus kerah shanghai berwarna merah berkancing merah juga yang berbaris rapi ke leher, dan rok hitam, serta sepatu kerjanya yang dihiasi tali tipis di pergelangan kakinya, dalam kondisi yang serupa, terikat tangannya ke punggung dengan tali rafia kuning meliliti payudaranya dari atas dan bawahnya sehingga menyembul, kakinya juga terikat seperti diriku. Nasib Maya tidak berbeda sedikitpun dengan diriku, oh aku meronta-ronta, amarah ini begitu kuat sehingga tubuhku kembali terayun kencang.
"Jahanam kamu, jahanam!!" gumamku.

Kulihat Maya pingsan, namun masih saja menjadi bulan-bulanan mereka para pemerkosa. Dua orang dari mereka yang kini bertopeng kemudian menghidupkan televisi yang sengaja mereka pasang digudang itu. Oohh! aku melihat diriku disana dalam keadaan tak berdaya menjadi bulan-bulanan mereka.
"Mbak Mila, kalau nanti kami lepaskan Mbak, jangan lapor polisi dan jangan sekali-kali mengadukan ini, pokoknya begitu kami tahu Mbak melanggar, hmm ini akan kami siarkan secara nasional dalam konteks sinetron, atau akan kami upload ke situs-situs dewasa di seluruh dunia. "Bwaa ha.. ha.. ha..!!" ancam salah stu dari mereka.
"Dan bilang juga sama Mbak Maya ya.."
"Uh, mmhh!!" hanya itu yang keluar dari mulutku ini.
"Papaa.. Papaa, tolong aku, lepaskan aku dari sini Paa,!!" hanya itu saja harapku agar Papa bisa mencoba mendeteksi keberadaanku, karena aku ingat nomor HPku yang satu lagi aku bawa jadi mungkin Papa bisa lacak lewat Location Data Services.

Rasanya hari sudah kembali malam, kulihat Maya yang terikat tak berdaya itu juga digantung persis seperti keadaan diriku, mataku kembali mencari-cari para penculik dan pemerkosa kami. Tidak kutemui, dari putaran waktu; aku menyadari kalau mereka kemungkinan sudah check out dan kembali ke Jakarta meninggalkan kami dalam keadaan seperti ini, aku tertidur dalam keadaan tergantung sementara kelihatannya Maya juga.

Sudah empat hari rasanya kami diculik dan disekap. Ketegangan yang begitu tinggi disertai rasa lapar, serta sakit yang beruntun mulai pergelangan kaki, tangan, serta maag yang belum diisi. Kulihat Maya, oh dia terjaga, tidak ada yang bisa kami komunikasikan kecuali saling pandang dan saling tatap keberadaan masing-masing yang sungguh mengenaskan.
"May," ingin aku menyapanya namun hanya mmhh, yang terdengar; demikian juga Maya, kami cuma berharap Papa atau siapa saja bisa menemukan kami dalam keberadaan seperti ini entah kapan.

Sumber :

Cerita Pemerkosaan : Gadis Yang Malang

Tomi adalah seorang mandor buruh sebuah pabrik Garment di kawasan Bandung. Dia bekerja sebagai seorang pengawas buruh dibagian produksi. Perangainya cukup sangar sikapnyapun tegas terhadap para buruh-buruh yang bekerja disitu. Dia tidak pelit dengan kata-kata kasar dan caci maki terhadap para buruh yang melakukan kesalahan. Bagi para buruh tidak ada pilihan lain selain bekerja dibawah tekanan mandor Tomi karena memang mencari pekerjaan lain sangatlah sulit.

Tomi diangkat oleh perusahaan sebagai seorang mandor karena dia memiliki latar belakang kehidupan yang keras, memang dia adalah seorang preman disebuah kawasan yang rawan kriminal di Bandung. Dengan harapan kedudukan Tomi sebagai mandor buruh, maka para buruh akan segan dan takut terhadap perusahaan.

Saat ini ada seorang mahasiswi yang kebetulan sedang tugas magang di pabrik itu namanya Ani, usianya masih 19 tahun dan dia adalah seorang mahasisiwi Fakultas Teknik Industri pada sebuah perguruan tinggi negeri yang terkenal di kota Bandung. Ani cukup lincah dalam bekerja. Gadis cantik itu pintar dan rajin dalam melakukan tugas-tugasnya. Dia memiliki wajah yang imut-imut dan cantik sekali seperti mojang-mojang Bandung umumnya yang memiliki kulit putih bersih. Selama bekerja magang di pabrik itu, Tomi sering memperhatikan Ani. Potongan tubuhnya sintal padat proporsional dengan tinggi tubuhnya yang sekitar 160-an cukup membuat Tomi tertarik perhatiannya kepada Ani.

Penampilan Ani memang lain dibandingkan dengan gadis-gadis lainnya. Ani lebih senang menggunakan celana jeans dan baju yang ketat seperti umumnya penampilan seorang mahasiswi sehingga lekuk-lekuk tubuhnya terlihat jelas. Hal itulah yang membuat para lelaki dipabrik itu sering memandangi kemolekan tubuh Ani. Begitu pun dengan Tomi yang selalu mencuri-curi pandang melihat keindahan dan kemolekan tubuh Ani. Hal ini tidak disadari oleh Ani karena dia lebih serius untuk menyelesaikan tugas-tugasnya selama magang di pabrik itu.

Sesekali Tomi menyempatkan diri untuk memasang muka ramah dan bercakap-cakap dengan Ani hanya sekedar menukmati kecantikan wajah gadis tersebut. Padahal dengan karyawati atau buruh wanita yang lainnya boro-boro dia memasang muka ramah yang ada selalu tampang sangar yang diperlihatkannya dan ucapan-ucapan yang jauh dari keramahan. Singkat kata Tomi telah jatuh hati berat kepada Ani, mahasiswi cantik itu.

Pada suatu hari menjelang berakhirnya masa kerja magang Ani di pabrik itu, Tomi memberanikan diri untuk mengutarakan isi hatinya. Sore hari itu ditemuinya Ani disebuah kantin di pabrik itu, dengan rasa percaya diri dan nekat dia utarakan keinginannya untk menjadi pacar serta pendamping hidup Ani. Namun, pada akhirnya keadaan berubah dan merupakan titik balik perasaan Tomi, dari rasa cintanya kepada Ani berubah 180 derajat menjadi benci.

Cinta Tomi ditolak mentah-mentah oleh Ani. Dengan alasan selain perbedaan agama, usia yang terpaut jauh dimana Tomi saat ini telah berusia 38 tahun sedangkan Ani baru 19 tahun selain itu juga terdapat beberapa sifat Tomi yang tidak cocok dengan Ani. Seperti diketahui latar belakang Tomi adalah seorang preman, pemabok dan penjudi.

Sejak itu hati Tomi menjadi panas, kesal dan marah atas jawaban dari Ani. Didalam hatinya tiba-tiba muncul rasa dendam terhadap Ani. Dan diapun merencanakan akan berbuat sesuatu terhadap Ani, "Hmm.. tunggu tanggal mainnya gadis sombong.. puih!!" batinnya.

Seminggu kemudian, pada sebuah Malam disebuah lorong yang gelap tampak sekelompok orang berjalan mengendap-endap. Mereka ada Tomi berserta beberapa anggota kelompok premannya. Mereka adalah Asep, Ujang, Cecep dan Afung, tampang-tampang mereka lusuh-lusuh dan kumal-kumal, tampang khas para preman.
"Sstt.. sebentar lagi dia lewat kesini", bisik Tomi kepada kawan-kawannya.
"Ok.. kita tunggu aja boss..", balas Ujang.
"Boss.. gue udah engga tahan nihh.. udah pingin nyodok tuh cewek", bisik Afung.
"Sstt.. sabar.. boy.. sabarr.. semua pasti dapat tanda tangan.. hihihi..", balas Tomi.
"Pokoknya gue duluan yang kasih pelajaran tuh cewek..", lanjut Tomi.
Malam itu mereka memang tengah menghadang Ani pada suatu tempat didekat tempat kost Ani. Tempat penghadangan itu memang sepi dan hanya terdapat beberapa rumah kosong saja dan sebuah lapangan luas yang mengelilingi rumah kost Ani. Sehingga Tomi dan kawan-kawannya merasa cocok dengan tempat itu sebagai lokasi penghadangan.

Ani memang lebih memilih untuk tinggal disebuah rumah kost yang sepi, agar supaya dia bisa lebih serius dalam belajar. Seminggu lamanya sejak Ani tidak lagi magang di pabrik itu, Tomi menyibukkan diri dengan mencari data-data diri Ani serta mengamati kegiatan-kegiatan Ani sehari-hari. Termasuk membuntutinya pulang-pergi dari kost-kostannya menuju kekampus sehingga dia tahu betul kegiatan serta route-route pulang-pergi Ani. Hingga akhirnya dipilihlah tempat itu sebagai tempat yang ideal dalam menghadang korbannya.

"Nah ini dia..", ujar Tomi sambil menunjuk kesebuah bayangan yang mendekat kearah mereka berkumpul.
"Tak salah lagi, tepat pukul 7 malam pasti tuh cewek lewat sini" lanjut Tomi sambil tersenyum melihat sasarannya mendekat.
Tapi sejenak Tomi agak bimbang karena bayangan yang mendekat itu ternyata ada dua sosok.
Tetapi setelah diamati secara mendalam ternyata kedua-duanya adalah sosok bayangan wanita dan diyakini salah satu bayangan itu adalah Ani dan satu lagi juga sosok wanita. Maka tanpa keraguan lagi dia pun mulai memutuskan untuk menjalankan operasi penyergapan itu.
"Ah itu dia pengantin wanitaku..", gumam Tomi.
"Ok..jalan kan tugas masing-masing! awas jangan sampai luput..", perintah Tomi kepada teman-temannya.
"Ada dua boss, yang satunya gimana nih?", tanya Asep.
"Ah sikat aja..", jawab Tomi.
Tanpa dikomando lagi Asep, Cecep dan Afung bergerak menuju kearah gadis itu berjalan.
Merekapun menghadang Ani beserta temannya,
Anipun nampak kebingungan mendapati dirinya dihampiri oleh empat lelaki yang tidak dikenalnya.
Tomi hanya mengamati dari jarak sekitar 10 meter, suasanya hening sejenak. Dari tempat Tomi berdiri sayup-sayup terdengan pembicaraan serius diantara Asep dan Ani.

Beberapa detik kemudian suasana berubah, secepat kilat Ani diringkus oleh Cecep dan Afung yang memiliki tubuh tegap. Sedangkan temannya diringkus oleh Asep dan Ujang. Ani serta temannya mencoba melawan dan meronta-ronta akan tetapi beberapa pukulan dilayangkan oleh Cecep dan Afung dan akhirnya Anipun pingsan. Setelah itu tubuh tak berdaya itu dibopong oleh Cecep.

Sementara itu teman Ani yang juga meronta ronta dibekap dan dipukuli oleh Ujang hingga akhirnya tak sadarkan diri pula. Lantas tubuhnya digendong oleh Asep.
"Beres semuanya boss..", ujar Asep kepada Tomi yang kemudian keluar dari persembunyiannya.
"Good.. good.., ayo lekas kita bawa ke rumah kosong itu", perintah Tomi.

Penghadanganpun berjalan dengan sukses, sasaran telah dilumpuhkan dan kini siap "diproses". Didalam rumah kosong itu tubuh Ani dan temannya dibaringkan disebuah dipan kayu. Kedua tangannya Ani diikat kebelakang.
Setelah lampu diruangan itu dinyalakan, kelima orang yang telah dirasuki nafsu itupun menggunam terkagum-kagum melihat kecantikan dan kemolekan tubuh Ani yang tengah tergolek pingsan. Dia menggunakan kaos lengan panjang serta jeans birunya yang kesemuanya berukuran ketat sehingga kemolekan tubuhnya terlihat jelas. Ternyata Tomi mengenali sosok wanita satunya yang juga ikut dilumpuhkan tadi.
"Ah gue inget ini kan si Dina, temannya Ani.. wah.. wah.. sial sekali nasibnya", ujar Tomi.
Dina memang teman akrab Ani, usianya lebih muda dari Ani yaitu 16 tahun, dan masih duduk dibangku kelas 2 SMU. Dina adalah keponakan dari pemilik kost dimana Ani tinggal.

Dina juga memiliki wajah yang manis, tubuhnya mungil namun padat.
"OK jatah gue si Ani.. ini pengantin gue, yang satunya boleh elo sikat", balas Tomi.
"Ok sekarang elu-elu pada nyingkir deh, silahkan elo bikin pesat sendiri sama si Dina itu, dan jangan ganggu malam pengantin gue, OK!", ujar Tomi kepada teman-temannya.
"Sip boss.. kita bikin pesta sendiri", ujar Asep. Dan menyingkarlah ke-4 teman-teman Tomi sambil membopong Dina.
"Hmm.. sayangku.. mari kita nikmati malam pengantin kita sayang..", bisik Tomi kepada Ani yang tengah pingsan.

Dengan senyum kemenangan Tomi memandangi gadis itu yang tengah tergeletak di sebuah dipan kayu.
"Akhirnya aku dapatkan kau.." ujarnya dalam hati.
Kedua tangannya bergerak meraba Payudara gadis itu. Mulanya pelan-pelan hingga lama kelamaan semakin keras, bahkan kini kedua tangannya dengan ganas meremas-remas payudara Ani yang kalau terlentang terlihat membukit.

Setelah puas meremas-remas payudara Ani, kini Tomi mengeluarkan pisau lipatnya yang memang selalu dibawanya kemana-mana sebagai senjata. Dengan kasarnya kemudian Tomi merobek-robek baju kaos lengan panjang Ani, hingga tinggal BH putihnya saja yang menutupi kedua payudaranya. Namun akhirnya diputuskannya tali BH itu dan dicampakannya BH itu kelantai sehingga kini terlihatlah kedua gundukan indah payudara Ani. Setelah itu serta merta dengan bernafsu dikulumnya dan dijilat-jilatnya kedua payudara itu dengan sesekali digigit-gigitnya kedua puting payudara itu.
Puas dengan bagian payudara kini Tomi melepas celana jeans yang dikenakan Ani, sreett.. sekali tarik terlihatlah bagian bawah dari Ani dengan celana dalamnya yang berwarna putih. Kedua mata Tomi kembali terbelalak melihat pemandangan indah itu, diusap-usapnya kedua paha putih Ani juga gundukan dipangkal pahanya itu.

Sedang asyik asyiknya mengusap-usap gundukan kemaluan Ani, tiba-tiba terdengar suara kegaduhan dari ruang sebelah. Tomipun menghentikan aktifitasnya lalu bangkit seraya berlari mendekati arah suara itu. Sesampainya disuatu ruangan asal muasal suara itu, matanya kembali terbelalak melihat pemandangan erotis yang tengah terjadi diruangan itu. Jantungnya berdetak keras, birahinya memuncak melihat pemandangan diruangan itu. Diruangan itulah Tomi melihat Dina yang rupanya telah sadar tengah "dibantai" oleh Asep, Ujang, Afung dan Cecep.

Tubuh Dina yang dengan posisi merangkak nampak tengah disodomi dari belakang oleh Asep yang memiliki badan yang jauh lebih besar daripada Dina. Asep dengan sangat keras dan kasarnya mengocok-ngocok batang kemaluannya didalam lobang anus Dina. Mula-mula Dina meraung-raung ampun-ampunan karena kesakitan, namun teriakan-teriakannya tidak berlangsung lama karena kemudian dimulut Dina telah tertanam batang kemaluan Ujang. Ujang memposisikan dirinya didepan Dina, setelah berhasil menyumpalkan batang kemaluannya didalam mulut Dina kemudian dengan tangan kirinya yang memegang kepala Dina dia paksa kepala Dina untuk bergerak maju mundur.

Ujang dan Asep nampak sangat menikmati keadaan itu, mereka mendesah-desah merasakan nikmatnya bagin-bagian tubuh Dina itu. Tak berapa lama kemudian merekapun berejakulasi. Asep menyemburkan spermanya didalam lubang anus Dina dan sejenak kemudian Ujang memuntahkan cairan spermanya didalam mulut Dina. Nampak Dina megap-megap dibuatnya di saat harus menelan cairan sperma Ujang yang cukup banyak.

Setelah itu kedua orang tadi menyingkir dan posisinya digantikan oleh Cecep. Cecep ini baru berusia 23 tahun, namun perawakannya besar dan tinggi, batang kemaluannyapun nampak telah mengacung membesar dan siap menelan mangsa. Kini Cecep bersiap-siap menyetubuhi Dina, direntangkannya tubuh Dina yang kepayahan itu dan langsung ditindihnya. "Oouugghh..", Dina melengking disaat kemaluan Cecep yang besar itu melesak kedalam liang vaginanya. Pemandangan ini sudah cukup untuk membangkitkan birahi Tomi diapun berjalan meninggalkan ruangan pembantaian Dina itu dan kembali menghampiri Ani pasangannya.

Tiba-tiba Ani terbangun dan membuka mata. Ani kaget mendapati kedua tangannya terikat dan keadaan tubuhnya hanya tinggal celana dalam. Dan lebih kaget lagi ketika dihadapannya melihat Tomi tertawa terkekeh-kekeh menyaksikan dirinya yang tak berdaya.
"Rasain deh lu, makanya jadi cewek jangan sombong. Jadi terpaksa elu gua kerjain deh?" Tomi berbicara.
"Kepaksa, malam ini elo harus bisa memuaskan gue, kekasih elo" lanjutnya.
Ani semakin takut karena dia tahu apa yang akan terjadi pada dirinya, badannya mulai gentar, mukanya memucat. Air matanya mulai meleleh seiring dengan kata-kata ampunan yang keluar dari bibirnya.
"Pak Tomi.. ampun pak.. jangan sakiti aku..", pintanya sambil terisak-isak. Permohonannya ini nampaknya semakin membuat Tomi terangsang.
Satu persatu dilepaskannya baju dan celananya hingga akhirnya telanjang bulat. Badan Tomi nampak gemuk dengan perut yang membuncit, beberapa gambar tatto nampak menghiasi tubuhnya.

Kemaluannya nampak telah menegang keras, ukuran juga besar dengan ujungnya yang telah basah. Ani semakin merintih-rintih ketakutan, dia pejamkan matanya sambil terus menangis. Dia sadar akan diperkosa. Tomi kemudian bergerak mendekati Ani dan meraih kepala Ani. Belum sempat berteriak, mulut Ani tiba-tiba dijejali dengan batang kemaluannya yang sudah menegang dan membuat gadis itu tersedak.

Ani berusaha terus menutup mulutnya namun setelah jempol dan jari telunjuk Tomi menutup lobang hidung Ani, diapun membuka mulutnya sebagai reaksi karena kekurangan oksigen. Langsung mendapat kesempatan itu dihujamkannya batang kemaluannya kedalam mulut Ani. Dia tak bisa berbuat apa-apa karena Tomi memegang kepala gadis itu. Rasa mual membuat Ani hampir muntah dan berusaha melepaskan kemaluan Tomi di mulutnya. Tomi gerak-gerakkan batang kemluannya di mulut gadis itu, maju-mundur dan diputar-putar didalam rongga mulut Ani. Selama sepuluh menit Tomi menjejali mulut gadis itu dengan batang kemaluannya.

Puas dengan itu kemudian Tomi mengeluarkan kemaluannya dari mulut gadis itu. Ani langsung mencoba berteriak tapi Tomi cepat-cepat membekap mulutnya dan berkata, "Diem lu, jangan berteriak atau gue bunuh kamu?", sambil menempelkan pisau lipatnya. Ani terdiam karena takut ancaman itu. Dan hanya bisa menangis sampai gadis itu kelelahan dan lemas. Setelah sejenak menikmati wajah Ani, kini Tomi menurunkan celana dalam putih Ani dan melemparkannya ke lantai, Anipun hanya bisa pasrah tanpa perlawanan.

"Gile, memek elo bagus banget.. waw indah sekali..?" bisik Tomi kepada Ani.
Memang gadis seusia Ani memiliki kemaluan yang indah, masih perawan, bulu-bulunyapun tipis dan halus-halus tumbuh rapih berjajar disekitar lobang vaginanya.
Kedua tangan Tomi kembali meremas-remas payudara gadis itu. Ani menjerit-jerit ketika Tomi memijat-mijat puting susunya. Kembali Ani berteriak lagi, kembali pula Tomi ancam Ani "Lu bisa diem ngga..!?".
"Sekarang, Lu harus nyobain kontol gue ini..pasti nikmat.?" Tomi berkata.
"Kita jadikan malam ini sebagai malam pengantin kita, hahaha..", sambungnya.
"Jangaan pak.. oouuhh.. jangaan, ..ampuunn pakk..? Ani memelas.
Tapi Tomi tak peduli dengan ucapan gadis itu.
Diapun jongkok didepan Ani, dia angkat pahanya dan melebarkannya. Kepala Tomi menunduk memperhatikan kemaluannya Ani yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. Kepalanya bergerak dan mulutnya mulai menjilati kemaluan gadis itu.

Mendapatkan perlakuan itu badan Ani langsung menggeliat-geliat suaranya terengah-engah merasakan kemaluannya kegelian karena dijilati. Hanya suara erangan gadis itu saja yang terdengar, "Ehhmmhh.. engghh.. ouuhh.. oohh.. dst". Sementara mulut Tomi terus menjilati kemaluan Ani, tangannya bergerak ke atas dan memijat-mijat payudara Ani serta mempermainkan puting susu gadis itu.. Ani menggeliat antara sakit, geli dan takut.
Tiba-tiba Ani mengangkat pinggulnya dan mendesah lemah. Rupanya Gadis itu telah orgasme. Dari vagina gadis itu keluar cairan. Ketika melihat bibir vagina gadis itu telah basah, cepat-cepat Tomi mengarahkan kontolnya yang sudah menegang dan mendekatkannya ke bibir vagina gadis itu. Sambil memegang pinggul gadis itu, Tomi melesakkan batang kemaluannya.

Dan.."Aahh.. ssakitt.. oouughh.. a.. ammpunn.. pak.. oouhh..", Ani merintih tajam tubuhnya menegang kaku menahan rasa sakit dipangkal pahanya. Walaupun dengan susah payah akhirnya Tomi berhasil menanamkan batang kemaluannya masuk amblas ke dalam lubang kemaluan Ani. Ani menjerit kesakitan, badannya meregang kesakitan. Sejenak Tomi merasakan kenikmatan hangatnya lobang kemaluan Ani dan merasakan denyut-denyut dinding kemaluan Ani serasa memijat-mijat batang kemaluannya.

Akhirnya Tomipun mulai mengerakkan kemaluannya maju mundur. Tangannya memegang pundak gadis itu sedang mulutnya menciumi bibir dan pipi Gadis itu. Ani mendesah-desah dan mengerang-erang membuat Tomi semakin bergairah dan mempercepat gerakan memaju-mundurkan kemaluannya itu. "Oohh.. oouuffh.. oouuh.. aahh.. dst", Ani mengerang-ngerang. Tubuh keduanya telah dibanjiri oleh peluh seolah-olah mereka sedang mandi.

Puas dengan posisi itu kini Tomi mencabut kemaluannya dan membalikkan tubuh Ani. Dan memposisikan tubuh telanjang gadis itu seperti Anjing. Dari arah belakang kembali Tomi menghujamkan kontolnya yang kini ke dalam liang dubur gadis itu.
"Aaakhh..!!", Ani kembali memekik kesakitan, badannya kembali mengejang keras menahan sakit yang teramat sangat ketika liang anusnya dibobol oleh kemaluan Tomi.

Setelah tertanam, Tomi kembali memompa dengan gerakan yang semakin cepat. Kedua tangan Tomi yang besar semakin kasar meremas-remas susu gadis itu. Ani semakin mengerang-ngerang kesakitan. Tapi Tomi tak peduli. Terus saja Tomi maju mundurkan pinggulnya dengan cepat. Sadar dirinya akan mencapai klimaks, Tomi mencabut batang kemaluannya dari lobang dubur Ani. Setelah itu dihempaskannya tubuh Ani hingga kembali terlentang. Kembali Tomi menancapkan batang kemaluannya didalam liang vagina Ani yang telah dibasahi oleh cairan kewanitaannya yang bercampur darah perawannya.

Bless..batang kemaluan Tomi menghujam masuk tanpa kesulitan, kembali digenjotnya tubuh Ani dengan cepat dan kasar, sampai-sampai dada Tomi menghantam-hantam wajah Ani yang meringis-ringis kesakitan. Kini Tomi menggoyang tubuh Ani dengan hebat hingga tubuh Ani terbanting-banting disodok oleh Tomi. Sampai akhirnya saat yang ditunggu-tunggu oleh Tomi, kini tubuh Tomi mengejang, wajahnya menyeringai menengadah keatas, otot-ototnya mengeras dan akhirnya dia menyemprotkan spermanya di vagina gadis itu, Croott.. crrott.. crrott.. jumlahnya banyak sekali.

"Oogghh.. ahh..", Tomi memekik puas sambil terus menyemprotkan spermanya memenuhi rongga vagina Ani sambil kedua tangannya mencengkram erat pinggul Ani.
Anipun tiba-tiba mendesah panjang.. "oouuhhgg..", sambil menerima tumpahan sperma Tomi yang melimpah ruah itu hingga meluber keluar dari sisi-sisi rongga kemaluannya badannyapun mengejang dan bergetar, sepertinya diapun mengalami ejakulasi sesuatu yang baru dialaminya seumur hidup.

Beberapa detik kemudian setelah sama-sama mengalami orgasme tubuh kedua insan itupun melemas, tubuh Tomi jatuh menindih tubuh Ani. Kini hanya suara nafas kedua insan itu yang saling memburu menghiasi akhir dari pergumulan itu. Setelah diam selama 15 menit, Tomi kemudian bangkit dari atas tubuh Ani serta melepaskan kontolnya, "Ooohh..", Ani mendesah panjang disaat Tomi mencabut batang kemaluannya yang beberapa menit lamanya mengisi rongga kemaluannya.
"Sayang.. gimana rasanya? enak kan?", tanya Tomi kepada Ani.

Anipun diam seribu bahasa dan memalingkan wajahnya dari pandangan Tomi.
"Ayo sini sayang ada lagi tugas buat kamu..", ujar Tomi serta meraih dan mengangkat kepala gadis itu untuk kemudian memaksa Ani menjilati batang kemaluan Tomi yang masih basah oleh sperma dan darah.
Anehnya Ani hanya pasrah dan menuruti saja perintah Tomi tadi secara perlahan-lahan diraihnya betang kemaluan Tomi yang kembali menegang itu dan kemudian dijilat-jilat serta dikulumnya batang kemaluan Tomi bak makan permen sampai bersih.

Setelah selesai dan merasa puas, Tomi bangkit dan membiarkan tubuh Ani yang telanjang itu terjatuh lemas. Tomi bergerak mendekati Ani yang masih lemah dan membisikkan kata-kata mesra di telinganya
" Kamu hebat sayang.. aku cinta sama kamu".
Karena dilihat Ani terkulai lemas dan sepertinya tertidur karena kecapaian, maka Tomi memutuskan untuk meninggalkannya dulu. Tomi ingin melihat kegiatan di ruangan lain dimana tadi terjadi pembantaian itu.

Sesampainya dirungan yang ditujunya mata Tomi terbelalak ketika melihat pemandangan yang ada diruangan itu. Teman-temannya nampak tidur tiduran sambil melepas lelah setelah membantai Dina yang tubuh telanjang Dina nampak tergeletak dengan posisi telentang dilantai, kedua kakinya mengangkang lebar dengan lutut tertekuk. Setelah diamati dari dekat oleh Tomi ternyata kondisi Dina sangat mengenaskan dia telah diperkosa secara buat oleh teman-temannya, mulutnya dipenuhi oleh cairan sperma yang mengental sampai meluber disekitar mulut dan pipinya. Rupanya oleh teman-temannya Tomi Dina dipaksa melakukan oral sex dan mereka telah menumpahkan spermanya didalam mulut Dina.

Matanya nampak sayu serta nafasnya terdengar pelan terengah-engah. Kuturunkan tatapan mataku keseputar payudaranya yang berukuran tidak begitu besar, disitu terdapat banyak bekas-bekas gigitan dan salah satu putingnya nampak berdarah, disitu juga terdapat tumpahan sperma yang telah mengering. Dan akhirnya kutatap kemaluan gadis itu, kondisinya rusak parah, kemaluannya sudah memerah dan membengkak, banyak ceceran darah dan sperma didaerah itu. Tomi menggeleng-gelangkan kepalanya melihat kondisi Dina.

Tiba-tiba Asep bangkit dia menyalakan rokoknya dan kemudian menyelipkannya dibibir kemaluan Dina.
Tomi dan Aseppun tertawa terbahak-bahak, "Kasihan dia sudah bekerja keras memuasin kita-kita orang ini, aku kasih dia rokoklah", ujar Asep.
"Eh sebentar gwe mau kencing dulu", ujar Asep berjalan meninggalkan ruangan pembantaian Dina sambil mengakhiri tawanya.

Diruangan itu pula Tomi bergerak kearah tumpukan pakaian Dina yang berserakan dilantai, dia rupanya tertarik dengan tas punggung Dina. Dengan rasa penasaran dia buka-buka isi tas Dina, membaca buku hariannya, membuka-buka dompet Dina, memerika ponsel milik Dina, kurang lebih 5 menit lamanya dia buka-buka itu semua. Sedang asyik-asyiknya dia membuka-buka buku Dina, tiba-tiba dia dikejutkan dengan teriakan diruangan samping. Serta merta dia berlari menuju kearah situ.

Kembali mata Tomi terbelalak serta menggeleng-gelengkan kepalanya tatkala melihat Asep ternyata tengah asyik menyetubuhi Ani.
"Sss.. sorry.. b.. boss.. gwe kagak tahan.. lihat cewek cantik ini..", ujar Asep sambil terus memompakan kemaluannya didalam kemaluan Ani.
"Oouuhh.. aahh.. jj.. jangann.. kasar.. kassarr.. oohh.. oohh..", Ani kembali merintih-rintih sambil tubuhnya terhempas-hempas sebagai akibat sodokan-sodokan keras Asep.

"D.. diem.. luh.. rasain.. aja.. kontol gue.. inii.. aakkhh.. akhh.. fuck! ohh.. fuck..!!", ujar Asep sambil terus menggenjot tubuh Ani.
"Akhh.. oouhh.. oh.. a.. ampunn.. oohh..", Ani merintih-rintih dengan tubuh yang terhempas-hempas wajahnya meringis menahan rasa ngilu diselangkangannya.
Sepuluh menit lamanya tubuh Ani disetubuhi oleh Asep, hingga akhirnya Asep memuntahkan spermanya di lubang kemaluan Ani.

Asep terlihat sangat puas sekali dan diapun kemudian menjatuhkan dirinya disisi Ani yang kembali tubuhnya melemas. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam saat mereka tersadar akan waktu yang semakin mepet, tidak terasa sekian lamanya mereka mengerjain kedua gadis itu serasa waktu berlalu cepat.

Tiba-tiba birahi Tomi bangkit kembali, didekatinya kembali tubuh Ani yang tertidur kerena kecapaian itu dan dibangunkannya Ani dari tidurnya.
"Hoeii bangunn..", bentak Tomi kepada Ani.
"Oohh..", Anipun terbangun.
"Sayangku.. layanin aku lagi ya..", bisik Tomi dengan tersenyum.
"Pedangku udah bangkit lagi nih..gara-gara kamu sih yang menggairahkan sekali..", lanjutnya.
Mimik wajah Anipun berubah menjadi cemas, matanya mulai berkaca-kaca.

"Pak.. Tomi.. Ani udah engga kuat pak.. rasanya sakitt.. sekali.. jangann.. pak.. tolong..", ujar Ani dengan suara yang lirih.
"Peduli setan ", balas Tomi seraya memposisikan dirinya diatas tubuh Ani.
"oohh.. oohh..", Ani mendesah panjang tatkala Tomi menanamkan kembali kemaluannya didalam lobang kemaluannya. Kembali tubuh Ani digenjot, disetubuhi secara kasar oleh Tomi.

Ani hanya bisa pasrah, air matanya berlinangan, tubuhnya lemah hanya mengikuti irama gerakan dari Tomi yang tengah menyodok-nyodokkan kemaluannya.
Dan setelah beberapa menit lamanya Tomi kembali berejakulasi dilobang kemaluan Ani cairan hangatnya menyembur membasahi rahim Ani.
Rasa puas nampak di raut wajah Tomi, "Hahaha..akhirnya aku berhasil mendapatkanmu gadis cantik".
"Gue mau tanya ke elu yang terakhir kalinya, mau engga elu jadi istri gue hah?"

Ani hanya diam membisu sambil menangis.
"Kalo elu engga mau, gue suruh temen-temen gue perkosa elu sampai mati!", ancam Tomi.
"Inget memek elu udah gue siram ama peju gue, dan sebentar lagi elu hamil", ujar Tomi.
Kurang lebih setengah jam lamanya Tomi "merayu" Ani, kadang terdengar bentakan-bentakan, kadang Tomi menampar wajah Ani, kadang dengan kata-kata halus, yang jelas Tomi terus meneror hati Ani.

Rupanya bujuk rayu dari Tomi tak membuahkan hasil sementara waktu sudah menunjukkan pukul 2 dinihari.
Akhirnya Tomi mempersilahkan teman-temannya untuk "mencicipi" tubuh Ani.
"Rasain tuh kontol-kontolnya temen-temen gue biar mampus elu, cewek sombong!", ujar Tomi dengan mencibir.
Tanpa membuang waktu lagi keempat teman Tomi mulai menjamah tubuh Ani.

Mereka mulai memperlakukan Ani seperti Dina. Mulai dengan Afung yang langsung menyodomi Ani setelah itu vagina Ani kembali dihajar oleh kemaluan milik Ujang, juga mulut Ani dipaksa mengulum batang kemaluannya Cecep dan setelah berejakulasi menelan spermanya, terakhir ketika Ani telah kepayahan Asep kembali menyetubuhi Ani. Kini keadaan Ani tidak jauh beda dengan Dina, seluruh wajah badan dan kemaluannya yang telah membengkak penuh dengan cairan sperma.

Kini waktu telah menunjukkan pukul 4 pagi, seluruh pemerkosa tadi telah berpakaian lengkap dan rapi. Sebelum mereka pergi, mereka menggotong tubuh Ani untuk disatukan dengan Dina. Kedua tubuh yang tak berdaya itu kini tergolek lemah, keduanya diposisikan terlentang sejajar dengan kondisi tubuh mereka yang telanjang bulat. Sebelum pergi Tomi mengecup kening Ani dan Asep kembali menyelipkan sebatang rokok yang menyala dikemaluan Ani juga Dina. Dengan diiringi tawa serta canda kelima pemerkosa itu pergi meninggalkan rumah kosong tempat dimana tubuh Ani dan Dina tergolek pingsan..

Sumber : http://www.sumbercerita.com